1 bulan setelah lebaran 1436H, harga daging sapi terus melonjak naik. Kondisi harga yang mahal jadikan permasalahan bagi pedagang dan pembeli. Rp 140.000 / kg daging sapi jadikan daya beli masyarakat merosot tajam. Bagi pedagang ecer dipasar, modal pembelian daging sapi dari distributor semakin besar. Sementara penjualan turun drastis. Kondisi ini menyulitkan keuangan pedagang daging ecer di pasar-pasar tradisional. Wajar para pedagang memilih protes dengan mogok dagang 4 hari, dengan maksud agar pemerintah mendengar keluhan pedagang daging sapi ecer dan pembeli daging sapi.
Modal uang untuk beli daging sapi segar yang terus naik, dan penjualan harga daging yang mahal sehingga "lesu" pembeli. Contoh "pembengkakan modal" yang dialami pedagang ecer daging sapi di pasar tradisional, hanyalah sebagian contoh kecil - maksudnya per 1 item produk. Coba kita lihat apa yang terjadi "pembengkakan modal" pada pedagang toko sembako yang menjual lebih dari 100 item produk. Saat riil kondisi sekarang, semua item ada perubahan harga naik 20% saja. Maka pedagang toko sembako butuh modal uang untuk beli 100 item produk = 2000% dari sediaan awal untuk jumlah stok yang sama. Yang dialami pedagang toko sembako sama sulitnya dengan pedagang daging ecer di pasar. Mereka sama-sama butuh tambahan modal beli besar, sementara penjualan "lesu" dan merosot tajam.
Seluruh pedagang (apapun) menjerit, merasakan perlambatan ekonomi seperti sekarang. Profit turun drastis, modal bertambah, penjualan "lesu", bunga bank mahal tidak ada restrukturisasi hutang. Diantara para pedagang yang memiliki modal dana simpanan besar, memilih memparkirkan modal mereka ke investasi bisnis "jasa" laundry.
Belajar dari krisis 2015 ini adalah : bisnis "jasa" laundry pilihan tepat ber investasi. Modal tetap Rp 55.000.000, ROI bisa dihitung antara 18 bulan sampai 36 bulan. Silihak juragan-juragan yang ingin menanamkan modal di bisnis laundry. Hubungi LAUNDRY ASRI - Ruko Beringin Hill Esrate no2 jl Raya Beringin Tambakaji Ngaliyan Semarang. Salam sukses.